BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketela pohon merupakan bahan pangan yang mengandung karbohidrat dan menjadi pengganti nasi bagi beberapa daerah di indonesia sendiri. Ketela pohon atau lazim disebut sigkong memiliki nama lain ubi kayu atau kasape. Ketela pohon sebetulnya bukan merupakan tanaman indonesia melainkan berasal dari benua amerika yang kemudian menyebar luas ke afrika, india, tiongkok, madagaskar, brazil dan baru masuk dan berkembang di indonesia pada tahun 1852.
Produksi singkong di Indonesia pada tahun 2008 telah mencapai kurang lebih 20 juta ton per tahun. Namun permintaan akan singkong dari tahun ke tahun semakin meningkat menyusul adanya program untuk mengganti sumber karbohidrat utama yang awalnya padi menjadi bahan lain selain padi yang salah satunya adalah singkong. Pada tahun ini kenaikan produksi singkong mencapai 3% dari 20 juta pada tahun lalu menjadi 27 juta ton pada tahun 2012. Namun meskipun ada peningkatan tetap saja industri bahan pangan meminta pasokan singkong yang semakin meningkat sehingga produksi nasional tidak mencukupi dan mengharuskan impor dari luar.
Permintaan akan singkong yang peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan produksi singkong tiap tahunnya dikarenakan oleh banyak faktor yang salah satunya adalah kurang tersedianya bibit unggul yang mampu menaikkan produksi sehingga mampu mencukupi permintaan akan singkong. Petani di indonesia dalam mengembangkan singkong tidak begitu tersentuh oleh perkembangan teknologi sehingga teknik budidayanya masih sangat tradisional. Bibit yang digunakan dalam pertanaman singkong biasanya berasal dari batang singkong yang sudah dipanen. Batang bekas panen dipotong dan ditanam begitu saja sehingga produksinya tidak mengalami peningkatan bahkan mengalami penurunan. Meskipun mengalami peningkatan, peningkatan itu tidak begitu ignifikan sehingga tidak mempengaruhi produksinya.
Produksi singkong yang dipengaruhi oleh bahan tanam yang kurang unggul adalah salah satu masalah yang mendasar bagi pertanian singkong di indonesia. Pada sebagian banyak tempat, disana tidak terdapat suatu lembaga atau badan yang menjual bibit yang memiliki keunggulan atau yang ditandai dengan adanya jaminan mutu oleh lembaga jaminan mutu. Oleh karena itu maka banyak petani yang masih menggunakan cara tradisional dalam budidaya singkong. Maka dari itu diperlukan suatu teknologi dan inovasi yang menanggulangi masalah ketersediaan bibit singkong unggul.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Single Bud Singkong (Manihot esculenta) adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode pembibitan single bud
2. Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh Rootone-F terhadap pertumbuhan bibit singkong single bud
3. Untuk mengetahui konsentrasi zat pengatur tumbuh yang efektif dalam pembibitan single bud singkong